Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menjelang Indonesia vs Belanda KETIKA PSSI MASIH SUKA DIBODOH=BODOHI

Menjelang Indonesia vs Belanda
KETIKA PSSI MASIH SUKA DIBODOH=BODOHI
Untuk membangun organisasi sepak bola yang sehat, harus punya manusia-manusia ­ yang menguasai teknis maupunnon-teknis yang mumpuni. Untuk bisa menghasilkan prestasi puncak semisal tim nasional, harus membangun kompetisi yang sehat. Untuk menghasilkan keuntungan yang berlimpah, harus pintar mengolah program yang puncaknya semuanya untuk kebutuhan tim nasional.
Namun, PSSI setelah diambil secara 'halus' oleh gerombolan si 'berat' dari kartelnya Nirwan Bakrie, justru semakin parah. Selain, tak mampu memiliki program berkesinambunga ­n, juga tak mampu menggalang dana dengan program-program ­nya.
Contohnya, ketika tim nasional Indonesia U-19 yang dipersiapkan ke Piala AFF U-19 akan dilangsungkan di Surabaya, Jawa Timur, pada 21 - 28 September 2013 mendatang, ternyata gagal melakukan pelatnas jangka panjang, akibat tak punyadana.
BTN yang kini dikelola oleh La Nyalla Mattalitti seharusnya orang paling bertanggungjawa ­b, karena statmentnya sudah menjelaskan bahwa pelatnas jangka panjang dimulai 20 Mei 2013 lalu. Namun, ternyata Indra Sjafrie menjadi binggung. Karena, program jangka panjangnya tidak jelas kapan bisa pelatnas. Oleh sebab itu, jangan mimpi kalau timnas U-19 mampu sesuai target La Nyalla menjadi juara di depan publiknya sendiri.
Pelatnas U-19, seharusnya tidak perlu tertunda, karena materi pemainnya bisa diambil dari mana saja, walaupun kompetisi usia itu belum pernah digulirkan. Namun, Indra Sjafrie tak kesulitan dapat pemain dari SSB se-Indonesia. Namun, karena BTN dan PSSI belum mampu mendapatkan dana segar dari juragannya, maka pelatnas tertunda.
MUDAH DIBODOHI
Jadwal pertandingan persahabatan Indonesia vs Belanda, sudah jauh-jauh hari diprogram. Namun, sebetulnya yang menggelar pertandingan tersebut bukan PSSI, melainkan sebuah lembaga Event Organizer (E0), saat dijaman sekjennya masih dari Tri Goestoro dan Halim Mahfudz (keduanya menurut pengetahuan CN tak berpengalaman, dan mau enaknya sendiri), sehingga ketika mendapat tawaran Belanda untuk ke Indonesia, maunya hanya bisa siapkan tim nasional, bukan mengerjakan.
Dampaknya, ketika sekarang dikelola oleh'kartel baru' dalam tubuh PSSI, maka organisasinya akan ketiban 'sial' dipaksa hanya menyiapkan tim nasional yang sedang 'sakit' karena sudah diambang kehancuran ranking 170, harus menghadapi lawan yang punya reputasi selalu sebagai tim elit dunia, dengan ranking 9.
Kondisinya, tim nasional hanya dibayar oleh EO dan manajemen PSSI hanya menerima fee dari hasil keuntungan, sedangkan keuntungan total wajib milik penyelenggara EO. Harusnya, kalau para gerombolan 'kartel' yang sekarang ambil kekuasaan Djohar Arifin, punya wawasan bisnis, punya kreatifitas dan merasa punya kekuasaan absolut, wajib ambil alihEvent Organizer, di mana sistem bagi-bagihasilnya yang menentukan adalah lembaga PSSI, bukan lembaga EO.
Namun, karena mental organisasi PSSI saat ini adalah bukan mental organisasi kreatif, maka dengan mudah dibodoh-bodohi Event Organizer. Makanya, sulit bisa mendapatkan dana segar, karena dari sononya ndak kreatif, ndak punya program, dan asal muasalnya memang tidak punya 'ruh' di sepak bola. Jadinya, nanti-nanti kembali mudah dibodoh-bodohi. ­....