Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah 18 Juli Qatar 1-2 Indonesia Piala Asia 2004

Sejarah Hari Ini (18 Juli): Qatar 1-2 Indonesia, Piala Asia 2004

Indonesia menciptakan sejarah dengan mengalahkan Qatar pada ajang Piala Asia 2004 silam.

OLEH TEGAR PARAMARTHA Ikuti di twitter

Indonesia berpartisipasi dalam Piala Asia 2004 di Grup A bersama tuan rumah Cina, Qatar dan Bahrain. Tepat sembilan tahun silam, Indonesia mengawali petualangan mereka dengan melakoni pertandingan pertama menghadapi Qatar di Workers Stadium, Beijing.

Indonesia menjadi tim yang paling tidak diunggulkan di grup tersebut. Cina yang berstatus tuan rumah sudah dikenal sebagai salah satu kekuatan Asia, sementara Bahrain menjadi salah satu kuda hitam yang di tahun itu akan menelurkan prestasi terbaik di Piala Asia, dan Qatar adalah perempat-finalis di PialaAsia sebelumnya, dan mereka memiliki ambisi tinggi setelah menunjuk Philippe Troussier sebagai pelatih.

Seperti yang diketahui, Troussier dikenal sebagai pelatih berkarakter yang sukses membawa timnas Jepang menjadi juara Piala Asia 2000 dan membawa tim Samurai Biru menembus perempat-final Piala Dunia dua tahun berikutnya.

Sementara, Indonesia datang dengan rekor yang sangat buruk, yaitu tidak pernah menang sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di putaran final Piala Asia.

Menjadi tim yang paling tidak diunggulkan, skuat asuhan Ivan Kolev malah tampil mengejutkan di laga perdana menghadapi Qatar. Trio striker, Budi Sudarsono, Bambang Pamungkas dan Elie Aiboy tampil sangat padu dalam menggempur pertahanan lawan.

Di menit ke-25, tim Merah Putih membuat ratusan suporter Indonesia bersorak setelah umpan Aiboy berhasil dimaksimalkan oleh Budi untuk menjebol gawang Abdulaziz Ali.

Qatar langsung berusaha untuk bangkit dari ketertinggalan,skuat asuhan PhilippeTroussier tersebut memborbardir lini pertahanan Indonesia dengan umpan-umpan silang, mengingat postur tubuh pemain Qatar lebih tinggi dari pemain-pemain Indonesia.

Namun, pertahanan rapat dan disiplin yang diperlihatkan oleh Warsidi Ardy, Firmansyah dan Hary Syahputra sebagai tiga bek di jantung pertahanan, ditambah dengan cemerlangnya performa kiper Hendro Kartiko memaksa kedudukan 1-0 bertahan hingga turun minum.

Di babak kedua, Indonesia berhasil memperlebar kedudukan menjadi 2-0 ketika paruh kedua baru berjalan tiga menit. Tembakan keras Ponaryo Astaman di luar kotak penalti, meski saat itu ia dijaga ketat pemain lawan, tidak mampu dihadang oleh kiper Qatar.

Keunggulan itu membuat Qatar semakin panik dan terburu-buru untuk dapat mencetak gol, sehingga peluang-peluangyang diraih berakhir dengan sia-sia. Baru pada menit ke-83, mereka berhasil memperkecil ketinggalan menjadi 2-1 melalui gol yang dicetak oleh Megid Mohamed.

Namun, gol tersebut menjadi gol terakhir di pertandingan itu, sehingga Indonesia secara mengejutkan mampu memimpin klasemen grup A untuk sementara, setelah di pertandingan lain Cina ditahan imbang 2-2 oleh Bahrain.

Kemenangan itu menjadi kemenangan histrois, karena itu adalah tiga poin perdana tim nasional Indonesia di pertandingan putaran final Piala Asia, dangara-gara kemenangan tim Merah Putih, pelatih Qatar, Troussier, harus rela didepak dari kursinya dan Saeed Al-Mesned diberi tanggung jawab untuk menangani tim di pertandingan berikutnya.

Namun, sayang, dongeng tersebut tidak berakhir dengan manis. Di pertandingan berikutnya, Indonesia dipaksa menelan kekalahan telak dengan skor 5-0 dari tuanrumah Cina, dan di pertandingan terakhir Indonesia juga dipecundangi Bahrain dengan skor 3-1.

Hasil itu membuat Indonesia bertengger di posisi ketiga Grup A, unggul atas Qatar di posisi buncit, sementara Cina dan Bahrain yang menduduki posisi satu dan dua, berhak lolos ke perempat-final.

QATAR 1-2 INDONESIA

Workers Stadium, Beijing, Cina

Wasit: Masoud Moradi

Penonton: 5000

Qatar: Abdulaziz Ali, Abdulrahman Mesbeh, Nayef Al Khater, Mohammed Gholam, Muamer Abdulrab, Wesam Rizik, Ezzat Jadoua, Walid Muhyideen, Abdulaziz Karim, Waleed Jassem, Jamal Jouhar

Indonesia: Hendro Kartiko, Warsidi Ardi, Hary Syaputra, Firmansyah, Agung Setyobudi, Alexander Pulalo, Syamsul Chaeruddin, Ponaryo Astaman, Budi Sudarsono, Elie Aiboy, Bambang Pamungkas